top of page
Writer's pictureRandi Eka Sanjaya

"Hartakara Nusantara", Cakrawala kekolektifan fotografi dari APC UAJY.

Updated: Mar 8, 2020

Bertempat di Jogja National Museum, penulis dan segenap rekan-rekan UKM Fotografi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengelar karya kolektif fotografi di pertengahan Mei 2019. Pameran ini rupa-rupanya terinisiasi dari kegelisahan eksistensial yang timbul akan karya-karya yang secara tidak sadar memasuki ruang "pemingitan". Karya yang dipingit oleh segelintir pihak maupun masing-masing pribadi ini kemudian muncul (ditampakkan kembali atau memang keberadaannya yang telah dimatikan oleh fotografernya?) ke permukaan dalam bungkus gelar karya akbar yang "diusahakan" elegan dan masiv.


Setitik Asa di Balik Keputusasaan

"Bisa kok, Bisa..."


Situasi pelik kami lalui selama delapan bulan terakhir. Sudah tak terhitung lagi berapa jam yang sudah kami lewati untuk menyelenggarakan pameran ini.


Pameran dengan tajuk "Hartakara Nusantara" dimaknai melalui bahasa Sansekerta. Hartakara menyimbolkan kekayaan budaya, sedangkan Nusantara merupakan julukkan bagi Indonesia pada kalanya. Leburnya kedua istilah tersebut berhasil ditransformasikan menjadi pameran fotografi, pameran yang disengajakan untuk menggandeng segenap karya-karya fotografi yang telah berhasil diciptakan melalui jajaran program kerja APC selama periode 2015-2018.


Penampilan karya-karya ini melekat pada berbagai macam tempat yang telah dikunjungi rekan-rekan APC. Tempat pertama adalah pulau Bungin yang menjadi pulau terpadat di Indonesia dan telah di tempati suku Bajo lebih dari 200 tahun lalu. Tempat kedua, Pulau Bawean hanya sering dikenal memiliki binatang khas yaitu Rusa Bawean (Axis Kuhlii). Tetapi pulau ini juga menjadi tempat sejarah perkembangan agama Islam di Jawa Timur. Tempat ketiga, kota Larantuka yang sering dijuluki dengan Vatican Indonesia. Kota ini selalu dipenuhi ribuan umat Kristen ketika pekan suci Semana Santa. Tempat keempat adalah Taman Nasional Baluran yang sering dijuluki Africa Van Java. Hal itu karena 40% wilayah taman nasional Baluran diisi oleh sabana. Tempat kelima, Taman Nasional Alas Purwo yang merupakan taman nasional tertua dan terlengkap di Pulau Jawa. Tempat terakhir adalah rumah para penghayat Indonesia yaitu Sunda Wiwitan, Cahaya Buana 1016, Sikep Samin, Banokeling dan Wiwitan. Semua tempat ini akan disuguhkan dalam bentuk pameran foto dan cerita yang berjumlah 280 foto.

13 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page